1.
PROFESI
Profesi
atau pekerjaan, ada empat hak yang harus dipenuhi, yaitu: Pertama, hak
yang terkait dengan pekerjaan secara langsung,oleh karena itu harus bebas dari
perbudakan, bebas dari kerja paksa, bebas bekerja, serta mendapatkan layanan
yang memadai; Kedua, hak yang diturunkan dari pekerjaan, seperti upah,
perhatian terhadap kesehatan, juga mendapatkan pelatihan; Ketiga, hak
memperoleh perlakuan yang tidak diskriminatif; dan Keempat, hak
instrumental, seperti kebebasan berkumpul, berpendapat dan berorganisasi. Hal
inilah yang perlu mendapatkan perhatian yang serius dari pemerintah baik
pemerintah kabupaten, propinsi maupun pusat kepada para guru. Sebagai sebuah
profesi, guru memang laksana buah simalakama, dengan perjuangan seorang
guru memeras keringat, perasaan, sudah selayaknya mendapatkan perhatian dan
apresiasi yang tinggi pula. Akan tetapi kelayakan tersebut belum menemukan
titik konfirmasinya, karena masih sangat banyak dilemma dan anomaly yang
melingkari dunia keguruan dinegara Indonesia yang tercinta ini. Seorang guru
akan menjadi motivator anak didiknya apabila guru disenangi para siswanya,
sehingga nilai serta ilmu akan dapat memberikan pengaruh positif bagi
perkembangan para siswa. Dengan arahan dan bimbingan dalam bingkai kesabaran
para guru, siswa akan berprestasi dan membentuk perubahan perilaku para
siswanya. Guru dituntut profesionalitasnya, yakni: memiliki seperangkat
kemampuan atau kompetensi yang beraneka ragam.
Dengan
demikian profesi guru memerlukan persyaratan khusus, meliputi: (1) adanya
ketrampilan yang didasarkan pada konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam,
(2) menekankan pada suatu keahlian dalam bidang tertentu sesuai dengan bidang
profesinya, (3) memiliki tingkat pendidikan yang memadai, (4) memiliki kepekaan
terhadap dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakan, dan (5)
memungkinkan perkembangan sejalan dengan dinamika kehidupan. Disamping itu,
memiliki kode etik sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan fungsinya serta
memiliki pelanggan atau objek layanan yang tetap yakni murid atau siswa atau
peserta didik. Salah satu indikator keberhasilan guru adalah keberhasilan dalam
menjabarkan, memperluas, dan menciptakan relevansi kurikulum dengan
kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi dan yang lebih penting lagi mampu mewujudkan kurikulum potensial
menjadi kurikulum aktual melalui proses pembelajaran yang memerlukan berbagai
keahlian dan ketrampilan professional di dalam pengimplementasian.
Profesi melibatkan beberapa istilah yang berkaitan, yaitu profesi,
professional, profesionalisme, profesionalisasi, dan profesionalitas. Sanusi
et.al (1991:19) menjelaskan kelima konsep tersebut sebagai berikut:
Pertama, profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut
keahlian dari para anggotanya . Artinya tidak bisa dilakukan oleh sembarang
orang yang tidak dilatih dan tidak disiapkan secara khusus untuk melakukan
pekerjaan tersebut.
Kedua, professional adalah orang yang menyandang suatu profesi
dan berpenampilan dalam melakukan pekerjaannya sesuai dengan profesinya.
Ketiga,
profesionalisme adalah komitmen para
anggota suatu profesi untuk meningkatkan kemampuan profesionalnya dan terus
menerus mengembangkan strategi yang digunakan untuk melakukan pekerjaan yang
sesuai dengan profesinya.
Keempat,
profesionalitas adalah sikap para
anggota profesi terhadap profesinya serta derajat pengetahuan dan keahlian yang
dimiliki dalam rangka melakukan pekerjaannya.
Kelima, profesionalisasi adalah proses peningkatan kualifikasi
maupun kemampuan para anggota profesi dalam mencapai criteria yang standar
dalam penampilannya sebagai anggota suatu profesi.
2.
GURU PROFESSIONAL
2.1.
Definisi Guru Professional
Guru
professional, adalah orang atau individu yang memiliki kemampuan dan keahlian
khusus dalam bidang keguruan sehingga mampu melakukan tugas dan fungsinya
sebagai guru dengan tingkat kemampuan yang optimal. Kemampuan atau kompetensi
merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang disyaratkan sesuai
dengan kondidi yang diharapkan: “The state of legally competent of
qualified”. Hal ini memungkinkan seorang guru berada pada wilayah dan
keadaan berwenang atau memenuhi syarat sebagai seorang profesioanal. Dengan
demikian kemampuan atau kompetensi guru merupakan kemampuan dan kewenangan guru
dalam melaksanakan profesinya. Sedangkan professional adalah pekerjaan yang
hanya dapat dilakukan oleh mereka yang khusus dipersiapkan untuk itu dan bukan
pekerjaan yang dilakukan oleh mereka yang karena tidak dapat memperoleh
pekerjaan lain. Atau dengan kata lain, guru professional adalah orang
yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang kaya
dibidangnya. Terdidik dan terlatih yang dimaksudkan bukan hanya memperoleh
pendidikan formal, tetapi juga harus menguasai berbagai strategi atau teknik di
dalam kegiatan belajar-mengajar, serta menguasai landasan-landasan
kependidikan. Dalam profesi digunakan teknik dan prosedur intelektual yang
harus dipelajari secara sengaja sehingga dapat diterapkan untuk kemaslahatan
orang lain. Seorang guru professional memiliki filosofi yang menyikapi dan
melaksanakan pekerjaannya.
2.2.
Persyaratan Guru Profesional
Untuk
melakukan kewenangan profesionalitasnya, guru dituntut memiliki seperangkat
kemampuan (kompetensi) yang beraneka ragam, sehubungan dengan tugas dan
tanggung jawabnya, maka profesi guru memerlukan persyaratan khusus, antara
lain:
- Memiliki ketrampilan yang
didasarkan pada konsep dan teori ilmu pengetahuan yang mendalam.
- Memiliki suatu keahlian dalam
bidang tertentu sesuai dengan bidang profesinya.
- Memiliki tingkat pendidikan
keguruan yang memadai
- Memiliki kepekaan terhadap
dampak kemasyarakatan dari pekerjaan yang dilaksanakannya.
- Mampu mengikuti perkembangan
melalui aktualisasi diri sejalan dengan dinamika kehidupan yang terus
berkembang secara cepat.
Disamping
itu perlu memiliki kode etik, sebagai acuan dalam melaksanakan tugas dan
fungsinya, serta memiliki pelanggan atau objek layanan yang tetap seperti guru
dan muridnya. Untuk memudahkan guru dalam melaksanakan tugas dan kewajibannya,
guru harus dapat menjabarkan, memperluas, dan menciptakan relevansi kurikulum
dengan kebutuhan peserta didik dan perkembangan serta kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi, dan yang lebih penting mampu mewujudkan kurikulum potensial
menjadi kurikulm aktual melalui proses pembelajaran.
2.3.
Peran Guru Professional
Guru
menjadi panutan dan teladan bagi masyarakat, sehingga guru tidak hanya
diperlukan oleh murid di kelas, akan tetapi juga diperlukan oleh masyarakat
lingkungannya dalam menyelesaikan aneka ragam
permasalahan Dengan demikian,
dapat dikatakan bahwa masyarakat mendudukkan guru pada tempat yang terhormat
dalam kehidupan masyarakat, yakni sebagai sumber teladan dan inspirasi di
tengah-tengah masyarakat. Kedudukan guru yang demikian itu senantiasa relevan
dengan zaman dan sampai kapanpun diperlukan peran serta edukatifnya, sebagai
berikut:
2.3.1.
Guru sebagai sumber pembelajaran
Guru
memiliki peran yang sangat penting sebagai sumber belajar (learning resource)
bagi siswa , walaupun kemajuan teknologi mengalami perkembangan yang sangat
pesat dan dapat digunakan sebagai salah satu sumber belajar, akan tetapi guru
dalam proses pembelajaran tetap diperlukan sebagai sumber yang sangat penting.
2.3.2.
Guru sebagai fasilitator
Dalam
kegiatan memberikan pelayanan kemudahan bagi siswa dalam kegiatan proses
pembelajaran , guru perlu melakukan elaborasi terhadap metode dalam
menyampaikan materi. Disamping itu guru harus bersikap agar mendapatkan simpati
dari para siswanya, dengan demikian transformasi nilai dan ilmu disampaikan
secara efektif. Tujuan guru mengajarrkan ilmu pengetahuan untuk mempermudah
siswa belajar, dan ini merupakan hakikat peran fasilitator dalam proses
pembelajaran.
2.3.3.
Guru sebagai pengelola
Sebagai
pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam
menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman.
Melalui pengelolaan kelas yang baik, guru dapat menjaga kelas agar tetap
kondusif untuk terjadinya proses belajar seluruh siswa. Guru sebagai pengelola
juga akan sampai pada spirit untuk melakukan pengorganisasian dengan seksama
dan teliti. Fungsi pengorganisasian melibatkan penciptaan secara sengaja suatu
lingkungan pembelajaran yang kondusif serta melakukan pendelegasian tanggung
jawab dalam rangka mewujudkan tujuan program pendidikan yang telah
direncanakan. Untuk mengusahakan agar proses pembelajaran sesuai dengan
perencanaan yang telah disusun, dilakukan fungsi pengawasan. Dalam batas
tertentu, fungsi pengawasan melibatkan pengambilan keputusan yang terstruktur,
walaupun proses tersebut mungkin sangat kompleks, khususnya bila mengadakan
kegiatan remedial.
2.3.4.
Guru sebagai demonstranstator
Maksud
dari peran guru sebagai demonstrator adalah peran untuk mempertunjukkan kepada siswa
segala sesuatu yang dapat membuat siswa lebih mengerti dan memahami setiap
pesan yang disampaikan, dalam konteks: Pertama, sebagai guru harus
menunjukkan sikap-sikap yang terpuji kepada anak didiknya maupun civitas
akademik. Kedua, guru harus dapat menunjukkan bagaimana caranya agar
setiap materi pelajaran bisa lebih dipahami dan dihayati oleh setiap siswa yang
erat kaitannya dengan pengaturan strategi pembelajaran yang lebih efektif.
2.3.5.
Guru sebagai pembimbing
Guru
membimbing siswa agar dapat menemukan berbagai potensi yang dimilikinya sebagai
bekal hidup mereka, siswa agar dapat mencapai dan melaksanakan tugas-tugas
perkembangan mereka, sehingga dengan capaian itu ia dapat tumbuh dan berkembang
sebagai manusia ideal yang menjadi harapan setiap orang tua dan masyarakat.
2.3.6.
Guru sebagai mediator
Guru
dituntut untuk dapat menciptakan secara maksimal kualitas lingkungan yang
interaktif. Dalam hal ini, ada tiga macam kegiatan yang dapat dilakukan oleh
guru, yaitu mendorong berlangsungnya tingkah laku sosial yang baik,
mengembangkan gaya interaksi pribadi, dan menumbuhkan hubungan yang positif
dengan para siswa.
2.3.7.
Guru sebagai evaluator
Dengan
menelaah pencapaian tujuan pengajaran, guru dapat mengetahui apakah prose
belajar yang dilakukan cukup efektif memberikan hasil yang baik dan memuaskan,
atau sebaliknya. Dengan demikian, guru hendaknya mampu dan terampil
melaksanakan penilaian. Karena dengan penilaian, guru dapat mengetahui prestasi
yang dicapai oleh siswa setelah ia melaksanakan proses belajar.
Disamping
itu, guru hendaknya terus menerus mengikuti hasil belajar yang telah dicapai
oleh siswa dari waktu ke waktu. Informasi yang diperoleh melalui evaluasi
merupakan umpan balik terhadap proses belajar-mengajar yang dapat digunakan
sebagai titik tolak untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar-mengajar
selanjutnya dengan tujuan memperoleh hasil yang optimal.
2.3.8.
Guru sebagai Orang Tua Kedua
Seorang
guru, meski merupakan keniscayaan untuk menampilkan perilaku laiknya orang tua,
memiliki tuntutan untuk menjadi orang tua kedua bagi anak-anak didiknya.
Menjadi orang tua memang bukanlah pekerjaan mudah, meski demikian apabila
seorang guru benar-benar menikmati maka pekerjaan berat tersebut menjadi sangat
ringan dan nikmat. Dengan demikian, dapat diberi titik simpul bahwa persepsi
dan paradigma seorang guru terhadap pekerjaannya memberikan peran yang sangat
signifikan dalam keberlangsungan pendidikan dan pembelajaran. Sebagai seorang
manusia yang sedang belajar, seorang siswa akan menempatkan dirinya sebagai
pribadi dengan gagasan dan paradigma untuk terus menunjukkan eksistensinya.
Apabila seorang guru dapat memerankan sebagai orang tua bagi anak didiknya,
maka pencarian tersebut akan begitu dinikmati. Konsep diri laksana, atau
minimal menempatkan diri, sebagai orang tua kedua, akan bermuarakan dasar yang
kuat bagi anak didiknya, sehingga akan terus melangkahkan kakinya menuju masa
depan yang lebih baik.
2.3.9.
Guru sebagai Seorang Motivator
Guru
sebagai seorang pendidik yang baik akan selalu memotivasi anak didiknya untuk
terus belajar dan berkarya. Dengan demikian secara terus menerus guru akan
mengajak anak didiknya untuk mengembangkan kreativitas dan keahliannya
diharapkan akan membawa implikasi yang sangat besar dalam perkembangan pola pikir
dan pola sikap peserta didik. Motivasi diberikan seorang guru, apalagi karena
sang guru telah berhasil memerankan diri sebagai orang tua kedua bagi
anak didiknya, akan sangat berkesan. Dengan motivasi tersebut, anak didik akan
memiliki semangat baru dalam menyikapi semua hal yang terjadi dalam bidang
kehidupan, tentunya termasuk pelajaran yang diajarkan di sekolah. Motivasi yang
diberikan oleh guru dapat menjadi titik pelita penerang bagi kehidupan para
siswa. Dengan motivasi guru, anak didik akan semakin bersemangat untuk
berkreasi dan mengembangkan kreativitasnya.
2.3.10.
Guru sebagai Petualang
Guru
sebagai petualang mempunyai makna bahwa seorang guru juga dituntut untuk
memiliki kepekaan dalam merespon gerak langkah anak didiknya. Dari kepekaan ini
seorang guru bisa melakukan penelusuran terhadap diri dan jiwa anak didiknya.
Manfaatnya, guru tersebut bisa senantiasa berada pada sikap diri proaktif
atas gerak dan perilaku para siswa. Guru sebagai petualang adalah bahwa guru
juga mempunyai kewajiban untuk mencari informasi-informasi baru, atau
senantiasa mengupdate data atau informasi yang berkembang disekitarnya.
Kesediaan
melakukan penjelajahan dan petualangan tersebut membuat pelajaran yang
diberikan tidak monoton dan tidak dianggap basi oleh para siswa.
2.3.11.
Guru sebagai Pembebas dan Pejuang
Guru
dalam setiap aktivitasnya adalah untuk mengubah keadaan anak-anak didiknya
menjadi lebih baik. Seorang guru akan terus berusaha membebaskan anak-anak
didiknya dari kebodohan dan keterbelakangan dalam berbagai renik bentuknya.
Dengan demikian, apabila itu yang dilakukan dapat dikatakan bahwa seorang guru
adalah pejuang dan pembebas dari kebodohan, ketidaktahuan, dan kemalasan. Guru
adalah pejuang dan pembebas, bahkan meski dia berada dalam kesulitan. Masalah
tersebut tetap tidak membuat seorang guru berhenti untuk mengabdi dan
memberikan pemahaman baru kepada anak didiknya. Para guru sebaiknya memiliki
semangat untuk k terus memberikan pengajaran dan bimbingan kepada siswanya,
minimal agar jangan sampai mengalami hidup yang tidak menguntungkan.
2.3.12.
Guru sebagai Pribadi Berjiwa Profetik
Para
guru sangat wajar jika disebut sebagai sebuah sikap profetik, yaitu sikap yang
berusaha memberikan motivasi positif kepada siswa yang awalnya tidak yakin akan
potensi dan bakatnya. Sikap yang meyakinkan bahwa semua dalam kehidupan ini
membutuhkan kecermatan pilihan, dan setiap pilihan pun pasti mengandung resiko,
tiada pula yang bisa dikatakan kepada guru selain praktik profetik. Belum lagi
sikap yang senantiasa bersemangat memberikan bimbingan kepada anak didik, meski
mereka merupakan anak didik yang memiliki serba kekurangan. Guru yang
baik menganggap anak didik sebagai anggota keluarga, bahkan seorang guru juga
dapat menempatkan diri sebagai seorang sahabat bagi anak didiknya.
3.
KEPRIBADIAN GURU
3.1.
Sabar
Sabar
adalah kompas yang mengarahkan kita pada jalan yang lurus. Tanpa sabar, kita
bagaikan bahtera yang tersesat dan kehilangan arah dalam mengarungi samudera.
Tanpa sabar, iman seseorang menjadi lemah dan pemahaman tauhidnya menjadi
kacau. Tanpa kekuatan jiwa bernama kesabaran, pola piker dan pola sikap kita
tidak memiliki control sehingga kitapun menabrak batas-batas kemanusiaan dan
kehidupan. Dengan berbekal kesabaran seseorang akan mampu membingkai setiap
keraguan dan kecemasan menjadi optimisme. Seorang guru harus memiliki
kesabaran, karena para siswa atau peserta didik memiliki karakter dan
kepribadian masing-masing yang berwariatif. Tidak semua anak didik memiliki
pribadi yang rajin, tekun, dan memperhatikan pelajaran. Akan tetapi tidak
sedikit justru menampilkan aksi-aksi negatif, sebagai contoh: mengganggu teman,
usil dalam proses belajar-mengajar, tidak memperhatikan penjelasan guru, dan
malas belajar. Menyikapi kedaan ini,
tentu kesabaran menjadi sebuah pelita, cahaya yang tidak akan redup, apalagi
padam. Kesabaran akan membingkai semua tutur kata dan jalinan sikap seorang
guru agar selalu dalam kebajikan. Kesabaran menjadi obat dalam keragaman
tingkat kenakalan yang ditampilkan oleh para siswa.
Dengan demikian
sebagai seorang guru kesabaran merupakan sikap yang bijak untuk dapat
menyelesaikan berbagai sikap dan prilaku para anak didik dapat dikembalikan
pada kondisi ideal, sehingga tujuan proses belajar-mengajar akan dapat dicapai.
3.2.
Bersahabat
Peran
serta seorang guru yang menempatkan diri sebagai seorang sahabat akan membuat
anak didik nyaman dan enjoy dalam menjalani proses belajar-mengajar, juga dalam
menjalani kehidupan. Hal tersebut dikarenakan siswa yang sedang belajar akan
memberikan makna pada kemanuisiaan dan kehidupan petner untuk terus memberikan
motivasi dan semangat. Guru yang bersahabat dapat menciptakan proses
transformasi ilmu pengetahuan dari guru kepada siswanya akan dapat berjalan
secara baik. Seorang guru yang dapat menjadi sahabat bagi siswanya,
ditambah kemampuan mengkristalkan bahasa hati di dalam setiap laku dan
ungkapannya, akan membuat menjadi guru idaman, guru yang senantiasa diidolakan
semua muridnya. Pengidolaan tidak hanya berlangsung di sekolah atau masa
sekolah, akan tetapi setelh lulus, bahkan sepanjang hidupnya.
3.3.
Konsisten dan Komitmen dalam Bersikap.
Seorang
guru akan berhasil dalam memberikan pemahaman dan pengetahuan kepada muridnya,
jika dia konsisten dan komitmen pada tindakan dan perilakunya. Konsisten
memberikan kredit tersendiri dalam dunia pendidikan, sebab dapat menjadi alat
pijak keberhasilan pendidikan dan pembelajaran. Seorang guru yang konsisten
dapat menghantarkan agar anak-anak didiknya senantiasa menjalankan proses, dan
dia sendiri juga demikian, maka akan dapat bersinergi, indah dan memiliki daya
gugah dan berdaya ubah.
Konsistensi
adalah alas yang sangat kokoh untuk membangun sebuah peradapan yang lebih baik.
Sedangkan seorang guru apabila menginginkan pesan yang diberikan berhasil
diterima dan dicerna para siswanya, komitmen tetrrhadap pengabdian sebagai guru
sebaiknya terus mengkristal dalam dirinya. Karena tujuan awal menjadi seorang
pendidik adalah bagaimana memberikan bimbingan, arahan, dan motivasi kepada
anak didiknya agar menjadi pribadi yang baik, kreatif, dan inovatif, maka
seorang guru tidak dibenarkan memelihara sikap putus asa di dalam aksi mulianya
memberikan pahatan-pahatan kebijaksanaan kepada para murid. Konsistensi dan
komitmen dalam diri seorang guru akan mengkristal menjadi pola sikap atau
kepribadian yang dapat menghargai setiap kinerja dan karakter yang berbeda dari
anak didiknya. Mengajar akan menyenangkan apabila seorang guru paham apa
yang sedang dilakukan murid adalah usahanya mengapresiasi dirinya, kemanusiaan,
dan kehidupan yang juga merupakan elaborasi atas apa yang diberikan gurunya.
Konsisten dan komitmen dapat diperluas maknanya dalam segala hal, tidak hanya
pada dunia pendidikan atau harus dimiliki guru saja. Sebaliknya semua orang
jika ingin merengkuh kesuksesan dan kebahagiaan harus menjadikan konsisten dan
komitmen sikap sebagai pijakan hidupnya.
Pendidikan
yang hanya memperhatikan aspek formalitas hanya akan melahirkan kekeringan
berkepanjangan, sehingga para siswa tidak akan mendapatkan kesejukan dan
kenyamanan dalam mengikuti proses belajar-mengajar. Sebaliknya apabila
pendidikan dapat diaktualisasikan melalui sikap dan perilaku yang
konsisten dan komimen berdasarkan koridor dan sesuai dengan amanah
konstitusi, maka pembangunan generasi muda yang diharapkan akan menjadi penerus
keberlanjutan berbangsa dan bernegara akan dapat tetap terjaga .
3.4.
Sebagai Pendengar dan Penengah
Seorang
guru yang baik harus memiliki kepribadian yaitu sikap diri yang siap
mendengarkan keluhan, saran, atau bahkan kemarahan dari murid. Kemampuan
menjadi pendengar sangat diperlukan, bahkan harus dimiliki semua guru.
Kegagalan proses pembelajaran tidak sedikit yang disebabkan oleh sikap guru
yang tidak dapat menjadi pendengar yang baik bagi anak-anak didiknya.Guru yang
baik harus dapat memerankan sebagai penengah yang harus mau dan sanggup
untuk menyelesaikan problematik berbagai permasalahan secara adil dan
obyektif bagi siswanya, dengan demikian siswa akan sangat bersimpati kepada
guru. Dalam proses belajar-mengajar, suasana kekeluargaan salah satunya
harmonisasi hubungan fisik dan emosional merupakan merupakan
keniscayaan dan bentuk pengharagaan. Oleh karena itu, guru juga memiliki
kewajiban untuk ikut serta dalam membantu menyelesaikan masalah-masalah yang dihadapi
anak didiknya. Hal ini bukan merupakan bentuk intervensi, akan tetapi merupakan
bentuk interaksi yang memiliki daya gugah perasaan. Seorang guru yang bias
menjadi penengah para siswanya adalah seorang guru sejati, dan para siswa
dipastikan akan sangat bersimpati dan menjagikan guru favorit. Kemampuan guru
menjadi penengah adalah bagian untuk melakukan filterisasi atas berbagai
informasi. Kemampuan memberikan solusi atau minimal memerankan diri sebagai
penengah, membuat anak didik dapat menjadikan guru sebagai jembatan untuk
meningkatkan kreativitas.
3.5.
Visioner dan Missioner
Visi
dan misi menjadi cahaya untuk terus mendukung proses belajar-mengajar. Sebab,
visi dan misi menjadi senjata yang selalu tajam. Visi dan misi yang bagus bisa
mengarahkan anak yang terkesan nakal, padahal sebenarnya merupakan anak yang
pandai, cerdas, dan kreatif. Visi dan misi seorang guru dalam mengajar
memberikan kredit yang sangat besar. Visi seorang guru yang bagus akan
membuatnya memberikan penghargaan yang besar terhadap anak didik. Misi seorang
guru bahwa mendidik adalah usaha untuk memanusiakan manusia dan memaksimalkan
segenap potensi yang dimiliki anak akan membuatnya bisa memaklumi setiap proses
yang sedang dijalani anak. Guru jenis ini akan memompa semangat anak untuk
mengembangkan bakat potensinya. Dengan demikian, visi dan misi seorang guru
sangat menentukan keberhasilan pendidikan para siswa. Seorang guru yang
memiliki visi dan misi yang bagus akan menyikapi anak sebagai manusia mulia
yang sangat mungkin berkembang menjadi pribadi luar biasa dikemudian hari.
Selain
itu, seorang guru yang bervisi dan bermisi bagus senantiasa akan menghadirkan
suasana dialogis menantang agar anak-anak didiknya senantiasa berusaha
memaksimalkan potensi dan bakatnya dengan terus mengasah potensi dan bakat
tersebut menjadi lebih dahsyat lagi. Visi dan misi yang tegas merupakan bentuk
tanggung jawab. Tanggung jawab yang mengkristal dalam diri seorang guru
membuatnya mengajar menjadi begitu mudah dan menyenangkan. Perasaan senang
tersebut akan berpengaruh pada cara dan pendekatan dalam mengajar, yang pada
saat yang sama akan membuat semua anak didik nyaman dan senang pula dalam
menjalani proses belajar-mengajar.
3.6.
Rendah Hati
Kerendahan
hati merupakan mutiara indah mempersona yang juga memberikan kekuatan sangat
besar dalam proses atau kegiatan belajar-mengajar. Seorang guru yang berhasil
memerankan kerendahan hati dalam kehidupannya akan membuat lancar dalam
menyikapi perkembangan dan perilaku anak-anak. Kerendahan hati yang dipraktekkan
guru memberikan pemahaman dan keteladanan bagi anak-anak didik untuk juga
mengamalkan perilaku yang sama. Seorang guru yang rendah hati akan sangat mudah
memberikan penilaian positif kepada anak-anak didiknya, karena kerendahan hati
tersebut mampu membingkai banyak kearifan akan menjadikan anak didik sebagai
pelaku utama dalam pendidikan. Kerendahan hati mengajarkan anak didik untuk
senantiasa menghargai proses dan kepribadian masing-masing siswa. Seorang guru
yang rendah hati tidak akan pernah menganggap dirinya mengetahui semua hal, dan
meyakini bahwa anak-anak didiknya memiliki banyak sekali kelebihan, dan ini
belum tentu ada di dalam dirinya. Seorang guru yang rendah hati , bahkan tidak
akan canggung menempatkan anak-anak didiknya sebagai patner untuk mengembangkan
keilmuan dan kebijaksanaan, dan tidak akan dianggap rendah atau direndahkan
oleh para murid. Kerendahan hati yang ditampilkan justru membuatnya ditinggikan
oleh para siswa. Mereka menjadi segan dan menaruh hormat, dan para siswa akan
selalu merindukan kegiatan belajar-mengajar dengan guru yang bersangkutan.
3.7.
Menyenangi Kegiatan Mengajar
Seorang
guru yang dapat menikmati aktivitas mengajar, maka ia akan dalam suasana yang
sangat menyenangkan, sehingga proses ketika memberikan informasi, motivasi,
maupun memberikan tawaran nilai dan kemandirian kepada anak-anak didik
berlangsung sangat menggembirakan. Kegiatan mengajar merupakan aktivitas yang
menyenangkan memberikan motivasi untuk senantiasa menjaga kondisi untuk selalu
fit.
Konsep
diri bahwa mengajar merupakan kehidupan, akan berimplikasi pada semangat guru,
senantiasa akan terus memberikan bimbingan dan penyadaran kepada anak didik
yang mengalami berbagai permasalahan. Demikian pula kondisi guru yang serba
kekurangan seharusnya tidak akan memberikan dampak bagi guru untuk terus
berkarya.
Oleh
karena itu, rasa memiliki dan menjiwai terhadap dunia mengajar memiliki tingkat
keterpengaruhan yang luar biasa bagi keberhasilan pendidikan dan pengajaran.
Rasa memiliki ini menjadi titik awal, atau bisa pula dikatakan sebagai asas
utama dalam dunia pendidikan dan pengajaran. Jika asas ini kuat dan kokoh,
proses belajar dan mengajar senantiasa akan membuat arif dan bijaksana. Karena
menganggap sebagai profesi, maka guru harus bekerja secara maksimal dan
sungguh-sungguh. Jika itu yang dilaksanakan, maka seorang guru bisa
disebut sebagai seorang profesioanal dengan makna yang sebenarnya.
3.8.
Menghargai Proses
Bahwa
pendidikan dan kegiatan belajar-mengajar adalah sebuah proses. Proses dan hasil
merupakan sebuah jalinan yang tidak akan terpisah, artinya selalu beriringan.
Dalam proses pembelajaran, proses dan hasil akan terus menjadi hal yang utama
untuk pengkajian.
Proses
akan mengarah pada hasil, dan hasil belajar yang baik bermula dari jalinan
proses yang indah dan mengagumkan. Tujuan utama dalam pendidikan pada dasarnya
untuk melahirkan generasi-generasi yang banyak melakukan aksi, sekaligus banyak
memiliki sense of self and life yang kuat. Semua itu dapat terealisasi
jika semangat “proses” menjadi spirit langkah. Begitu pentingnya proses,
sehingga banyak pakar pendidikan menganjurkan dalam kurikulum pendidikan
sebagai bagian yang vital.
Dunia
pendidikan juga seharusnya menjadi semangat berproses ini sebagai fondasi dalam
mengarahkan para anak didik agar di kemudian hari mampu mengantisipasi setiap
perubahan yang ada, dan semoga mampu memberikan pengaruh atau menjadi actor
utama dalam mengawal perubahan peradaban manusia.
4.
SIKAP GURU
4.1.
Pemahaman Masa Sekolah sebagai Pencarian Jati Diri
Masa
di sekolah adalah ketika seorang anak didik sedang belajar memaknai dirinya dan
juga lingkungan dimana ia berada. Proses adaptasi baik terhadap dirinya sendiri
maupun lingkungan social, memungkinkan seorang anak untuk kemudian menjadikan
sebagai dasar untuk bersikap. Lebih dari itu, adaptasi dijadikan wahana untuk
menunjukkan eksistensinya dalam kehidupan sebagai mahluk Tuhan untuk meraih
sukses dan mendapatkan popularitas yang mempersona. Dalam interval waktu ketika
seorang anak tersebut, tanpa kenal lelah, takut dan gelisah. Seorang yang
paham siapa sebenarnya dirinya akan menjalani hidup dengan begitu nikmat dan
menyenangkan. Ia akan selalu bangga bahwa semua yang dilakukan memiliki visi,
misi, dan orientasi. Seorang guru
dituntut dan diharapkan memahami, yaitu bahwa anak-anak didiknya adalah
pribadi-pribadi dahsyat, yang pada saat yang sama sedang berjuang menemukan
jati dirinya. Pemahaman guru terhadap muridnya yang sedang mencari jati dirinya
akan membuat simpati dan empati tentang kondisi psikologis dan keadaan sosial
yang mengelilingi anak didiknya.
Konsep
pengajaran seharusnya dapat memberikan implikasi positif bagi perkembangan anak
didik. Apabila pengajaran tidak dapat memacu rasa ingin tahu dan rasa ingin
berkarya, maka dapat disimpulkan guru tidak berhasil melakukan tugasnya sebagai
transformator nilai dan perubahan. Sikap guru yang menghargai bahwa anak didik
merupakan pribadi yang juga bisa gelisah memikirkan jati dirinya akan membuat
para murid nyaman dengan proses pembelajaran yang sedang berlangsung. Selain
itu, penghargaan tersebut membuat guru disenangi para murid, yang saat ini
sangat berimplikasi positif bagi perkembangan anak didik, dan juga terhadap
transformasi itu sendiri.
4.2.
Pemahaman Masalah Pribadi dan Sosial Siswa
Pada
dasarnya, seorang murid atau anak didik adalah sebagaimana manusia kebanyakan.
Hal yang membedakan mungkin hanya cakupan pengalaman yang dimiliki saja, oleh
karena itu, seorang guru dituntut sadar akan hal ini. Siswa senantiasa akan
mencari signifikansi atas eksistensinya . Ia akan terus berusaha menemukan
titik singgung yang signifikan anatara dia dengan kehidupan. Siswa juga
berharap agar apa yang dilakukan akan dapat memberikan ketenangan dan
kepuasan batin.
Seorang
guru yang baik dan bijak akan menjadikan rasa ingin tahu anak didiknya sebagai
motivasi untuk memberikan yang terbaik bagi perkembangan anak. Motivasi
dikembangkan menjadi sebuah gerakan nyata untuk menjadikan anak didik generasi
unggul di masa depan. Guru yang telah sadar aksi seperti ini tidak akan begitu
menjadikan masalah finansial sebagai kendala, meskipun finalsial tetap penting.
Kondisi pendidikan saat ini menuntut guru agar menjadikan salah satu faktor
penentu meningkatnya mutu pendidikan. Keberhasilan penyelenggaraan pendidikan
sangat ditentukan oleh sejauh mana kesiapan guru dalam mempersiapkan peserta
didiknya melalui kegiatan belajar mengajar. Guru dituntut memiliki
kualitas ketika menyajikan bahan pengajaran kepada anak didik, dan mampu
melakukan transformasi seperangkat ilmu pengetahuan (cognitive domain),
dan aspek ketrampilan (psycomotoric domain), akan tetapi juga mempunyai
tanggung jawab untuk mengejawantahkan hal-hal yang berhubungan dengan
dengan sikap (affective domain)
4.3.
Pemahaman Aktualisasi Diri Siswa
Guru
yang baik harus dapat menguasai beragam perspektif dan strategi, dan harus
dapat mengaplikasikannya secara fleksibel. Hal ini membutuhkan dua hal utama,
yakni: pengetahuan dan keahlian professional , komitmen dan motivasi.
4.3.1.
Pengetahuan dan keahlian professional.
Guru
yang efektif menguasai materi pelajaran dan keahlian atau ketrampilan mengajar
yang baik. Guru yang efektif memiliki strategi pengajaran yang baik dan
didukung metode penetapan tujuan, rencana pengajaran, dan manajemen kelas.
Mengetahui bagaimana memotivasi, berkomunikasi, dan berhubungan secara efektif
dengan murid-murid dari beragam latar belakang cultural, dan memahami cara
menggunakan teknologi yang tepat guna di dalam kelas.
Guru
yang efektif harus berpengetahuan, fleksibel, dan memahami materi. Pengetahuan
subjek materi bukan hanya mencakup fakta, istilah, dan konsep umum, akan tetapi
membutuhkan pengetahuan tentang dasar-dasar pengorganisasian materi, mengaitkan
berbagai gagasan, cara berpikir dan berargumentasi, pola perubahan dalam suatu
mata pelajaran, kepercayaan tentang mata pelajaran, dan kemampuan untuk
mengkaitkan satu gagasan dari satu disiplin ilmu kedisiplin ilmu yang lainnya.
4.3.2.
Kompetensi yakni penetapan tujuan dan keahlian perencanaan instrusional.
Guru
yang baik dan memiliki professionalitas tidak sekedar mengajar di kelas, entah
itu menggunakan perspektif tradisional atau konstruktif. Guru harus menentukan
tujuan pengajaran dan menyusun rencana untuk mencapai tujuan, menyusun criteria
tertentu agar sukse, menyusun rencana instruksional, mengorganisasikan
pelajaran agar murid meraih hasil maksimal dari kegiatan belajarnya. Dalam
menyusun rencana, guru memikirkan tentang cara agar pelajaran bisa menantang
sekaligus menarik.
4.3.3.
Keahlian motivasional.
Guru
yang baik dan motivatif punya strategi yang baik untuk memotivasi murid agar
mau belajar. Para ahli psikologi pendidikan semakin percaya bahwa motivasi
paling baik untuk mendorong dengan memberi kesempatan murid untuk belajar di
dunia nyata, agar setiap murid berkesempatan menemui sesuatu yang baru dan
sulit. Guru yang efektif tahu bahwa murid akan termotivasi saat mereka bisa
memilih sesuatu yang sesuai dengan minatnya dan memberikan kesempatan murid
untuk berpikir kreatif dan mendalam untuk kepentingan mereka sendiri.
4.4.
Pemahaman Psikologi Perkembangan Siswa
Perkembangan
adalah pola perubahan biologis, kognitif, dan sosio-emosional yang dimulai
sejak lahir dan terus berlanjut sepanjang hidup. Kebanyakan perkembangan adalah
pertumbuhan, meskipun pada akhirnya mengalami penurunan (kematian). Manusia
dengan berbagai macam sifat dan karakternya sudah dapat dipastikan memiliki
kepribadian yang berbeda pula. Oleh karena itu, sudah merupakan kelayakan jika
kemudian seorang guru memiliki pemahaman yang mendalam tentang psikologi perkembangan
siswa. Atau secara umum seorang guru hendaknya memiliki pemahamanan tentang
psikologi perkembangan manusia. Memahami perkembangan anak didik akan membuat
guru bijak dalam menyikaspi setiap gelagat anak didiknya, yang positif maupun
negative. Teresa Amabile (1993) mengatakan bahwa menyuruh murid untuk melakukan
sesuatu secara persis akan membuat mereka bahwa orisinilitas adalah sebuah
kesalahan dan eksplorasi adalah kesia-sian. Artinya yang perlu diperhatikan
adalah perhatian guru terhadap perkembangan dan kecenderungan anak. Sebab,
semua anak memiliki tingkat perkembangan yang berbeda, begitupun dengan
kecenderungan atau potensi dan bakatnya. Penyikapan yang benar terhadap
perbedaan ini akan membuat anak-anak didik nyaman dalam belajar karena merasa dihargai
dan dihormati hak-hak dan kemampuannya.
Seorang
guru yang memiliki kompetensi dalam memahami psikologi danperkembangan
siswanya, maka hal itu dapat menjadikan sebagai guru yang mudah dalam
memberikan penjelasan dan pemahaman. Sebagai contoh, guru memberikan jeda
kepada siswanya dalam memberikan pelajaran akan memberikan manfaat yang
sangat besar, karena jeda sangat penting
Beberapa alasan pemberian jeda : (a) dalam setiap belajar yang paling diingat
dengan baik adalah informasi yang dipelajari pada saat pertama dan terakhir.
Oleh karena itu apabila dalam pelajaran diberikan banyak jeda, maka siswa akan
lebih banyak yang dapt diingat dan diserap informasi yang diberikan, (b) ketika
pikiran menjadi letih karena menyimak dan mendengarkan informasi, maka
pemberian jeda akan dapat menyegarkan kembali sel-sel otak dalam pikiran
dalam menerima infomasi. Dalam ranah pendidikan dan pembelajaran, sebaiknya
seorang guru dapat membuat anak didiknya semakin bersemangat untuk belajar dan
mengubah diri menjadi lebih baik. Maka, seorang guru dituntut untuk dapat
membuat para siswa kembali ke masa ketika siswa dapat meraih suatu kesuksesan
untuk kemudian dilakukan kembali, dan mendapatkan kesuksesan sebagai yang
pernah didapat, bahkan bisa lebih besar dan lebih tinggi.
4.5.
Memiliki Wacana yang Luas
Profesi
guru terdiri dari empat bentuk keinginan dan aktivitas: (a) pendidikan, (b)
proses belajar mengajar atau bimbingan penyuluhan, (c) pengembangan profesi,
dan (d) penunjang proses belajar mengajar atau bimbingan dan penyuluhan. Bahwa
dalam proses belajar-mengajar diharapkan terjadi interaksi positif antara guru
dengan murid, juga dengan lingkungan sekitar, termasuk dengan orang tua murid.
Sejalan dengan itu, maka keberlanjutan dari gagasan diatas adalah supaya seorang
guru mengajak, memotivasi dan membimbing para siswa untuk belajar melalui
interaksi dengan lingkungannya, lingkungan orang-orang sekitar, dan berbagai
hal yang terdapat dalam kehidupan ini.
Tugas
utama seorang guru adalah menciptakan lingkungan tersebut, sebuah lingkungan
yang sugestif dan motivatif yang dapat mendorong siswa melakukan interaksi yang
produktif dan memberikan pengalaman belajar yang dibutuhkan. Mendorong dan
manggalakkan keterlibatan siswa dalam proses belajar-mengajar merupakan salah
satu kompetensi yang penting dimiliki seorang pengajar atau guru. Pengajar
diharapkan dapat melakukan aktivitas-aktivitas yang dapat membuat siswa aktif,
baik secara fisik maupun mental.
4.6.
Menggunakan Prosedur dalam Proses Pembelajaran
Seorang
guru yang memiliki kemampuan untuk membaca dan memaknai dinamika kehidupan akan
berusaha melibatkan para siswa dalam proses belajarnya. Anak didik juga
dianggap sebagai manusia dengan kemampuan sangat potensial. Aktivitas memiliki
banyak unsur yang dipersyaratkan untuk dapat ditampilkan oleh pengajar, yaitu:
- Menarik perhatian siswa
terhadap materi pelajaran baru yang akan disampaikan.
- Memberikan motivasi kepada
siswa agar tertarik mengikuti bahan yang disampaikan.
- Memberi acuan atau struktur
materi pelajaran baru yang akan disampaikan dengan menunjukka
tujuan instruksional yang akan dicapai, pokok persoalan yang akan dibahas,
rencana kerja, serta pembagian waktu.
- Mengaitkan antara tipok yang
sudah dikuasai siswa dengan topik pelajaran baru.
- Membantu siswa mengingat
kembali pengalaman atau pengetahuan yang sudah diperolehnya.
- Menggunakan minat siswa sebagai
perantara dalam melibatkan kegiatan baru.
- Mengubah minat baru dalam
melibatkan kegiatan melalui teknik mengajukan pertanyaan yang menggali
pemikiran siswa.
- Membantu siswa mengerti apa
yang akan mereka capai dengan melibatkan diri dalam kegiatan belajar.
4.7.
Memberikan Kesempatan Siswa untuk Berpartisipasi
Pengajar
atau guru dalam proses pengajaran: (a) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
memberikan respon, umpan balik atas ungkapan atau penjelasan yang diberikan
oleh guru, dengan memberikan kebebasan untuk mengemukakan pendapat yang
berkenaan dengan materi pelajaran, (b) memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengadakan inisiasi, dimana masing-masing siswa berbicara mengungkapkan ide dan
siswa lainnya memberikan tanggapan, kemudian guru meluruskan berdasarkan teori
dan pengalamannya.
Dengan
demikian guru memberikan kebebasan untuk mengembangkan pendapat, opini,
mengemukakan topic baru, dan kegiatan lain yang tidak membatasi pemikiran
siswa. Sikap ini menjadi poin tersendiri dalam rangka mewujudkan keberhasilan
pendidikan.
4.8.
Memelihara Keterlibatan Siswa dalam Proses Belajar.
Aspek
yang ditampilkan guru atau pengajar, adalah: (a) menjediakan lembaran kerja
bagi setiap siswa, (b) mengajukan banyak pertanyaan dan berusaha mempeoleh
jawaban dari semua siswa, (c) jawaban-jawaban yang tepat dihargai,
demikian pula jawaban yang tidak tepat, diarahkan atau dilupakan secara baik,
(d) mengadakan simulasi dan permainan peranan, (e) memantau kemajuan siswa
ketika memberikan umpan balik dengan tujuan agar bisa memperbaiki tiap
kesalahan, entah dalam pendapat sebelumnya atau dalam penyampain, dan (f)
kritis dalam memecahkan masalah, dilemma, atau situasi yang mengandung konflik.
4.9.
Menguatkan Upaya Siswa Memelihara Proses Belajar
Unsur-unsur aktivitas yang dapat
ditampilkan oleh guru dalam aspek ini, adalah: (a) menetapkan kegiatan yang
memungkinkan siswa dapat melakukannya, (b) membuat variasi stimuli dengan mengubah
kegiatan, mengubah posisi duduk dan sebagainya, (c) merespon secara positif
siswa yang berpartisipasi, (d) membangkitkan kembali perhatian siswa, dan
pengajar bereaksi terhadap siswa yang tidak siap menerima pelajaran, (e)
memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya, menanggapi, dan mengkritik
materi pelajaran yang disampaikan, dan (f) pengajar memperhatikan reaksi siswa,
baik verbal maupun non verbal. Seorang guru yang baik, adalah yang dapat
memaknai setiap dinamika, tentu tidak akan memberikan pelajaran jika jam yang
tersedia sudah habis. Begitu juga tidak akan memberikan topic yang menyimpang
dari silabus, apalagi topic tersebut membuat para siswa tersudutkan dan
tertekan. Selain itu guru melakukan penelitian juga berusaha sekuat daya upaya
untuk objektif dan professional. Senjatanya adalah penilaian atau evaluasi
merupakan suatu tindakan dalam menentukan kompentensi siswa.
sumber:
Manajemen Sumber Daya Manusia, DR. SUMARMO, UMS Surakarta
Semoga
bermanfaat